BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa, Ilmu
Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam Islam. Sebab Ilmu Tauhid adalah
sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan murni yang diturunkan oleh Allah
yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak
akan menemukan tujuan hidup sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar,
siapa yang disembah dan dimana kita berdiam setelah mati.
Apakah akan berdiam ditempat yang menyenangkan, atau ditempat yang
menyedihkan. Semuanya tentu tergantung si-hamba sendiri.
Bagaimana ia mempergunakan kesempatan
hidup ini, dan hamba yang mengetahui dirinya sebagai hamba Allah tentu tahu
benar, bagaimana memanfaatkan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Sebab ia mengetahui
ketika dilahirkan dirinya dalam keadaan fitrah (suci), dan kembalinya pun harus
dalam keadaan yang suci agar dapat yang fitrah pula, yakni surga.
Agama berjalan menyempurnakan fitrah manusia dalam mencapai kemajuannya dengan
cara evaluasi, sehingga hal itu telah menjadi sunnah (ketentuan) umum dalam
satu kehidupan manusia. Allah menyempurnakan agama Islam dengan perantara nabi
Muhammad yang mengahiri semua nabi dan rasul untuk membawa ummat manusia kepada
martabat kemerdekaan yang lebih sempurna.
B. Rumusan Masalah
Apa
saja hikmah -hikmah dalam mempelajari
ilmu tauhid ?
C. Tujuan Penulisan
Agar para pembaca atau khususnya para
mahasiswa dan mahasiswi dapat lebih
mengetahui dan mendalami tentang maksud dan tujuan mempelajari ilmu Tauhid ,
serta pembahasan mengenai Hikmah
tauhid yang tertuang di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hikmah Mempelajari Ilmu Tauhid
Mempelajari
ilmu tauhid biasanya didorong oleh keinginan untuk mempelajari lebih banyak dan
lebih dalam pengertian tentang Tuhan. Kalau tauhid sudah masuk dan meresap
kedalam jiwa seseorang maka didalam jiwanya akan tumbuh perasaan:
a)
Rela atas
pemberian Allah atas dirinya mengenai rizki, kedudukan, dan lain-lain. Dengan demikian
maka hidupnya menjadi tertib sebab dia yakin atas pengawasan Allah terhadap
segala perilakunya. Firman Allah SWT
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ
وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
Artinya: ”Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia
kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia
itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”
(QS. Ar-Ra’du: 26)
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ
اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
b.
Rasa saling
menghargai, swbab orang yang bertauhid memandang semua manusia sama derajatnya,
berasal dari satu keturunan dan tidak ada yang berhak diperhamba. Semua manusia
hanya didikuti amal kebijakannya disisi Allah SWT, dan bertanggung jawab kepada-Nya.
Allah berfirman (QS. Al-Hujurat: 13)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dengan dimikian maka orang yang bertauhid itu merasa bahwa dirinya sama dengan
orang atau bangsa lain, dia tidak berhak mempertuhankan diri atau orang lain.
Tinggi rendahnya derajat manusia hanya diukur dari kebajikan yang telah dibuat.
c. Rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Orang bertauhid memandang semua manusia
saudara, tidak bertindak aniaya terhadap semua mahluk Tuhan. Ummat bertauhid
hidup berdasar peri kemanusiaan dan persaudaraan, selalu bersikap terbuka,
kerja sama, dan bergotong royong. Sabda rasul S.A.W :
Artinya: “Gagal dan rugilah kehidupan seseorang yang hatinya tidak ditanamkan
Allah, rasa kasih saying kepada sesame manusia.” (HR. Abu Na’im Al-Abhani)
Jadi jelas, kalau kita
mempelajari Tauhid dan kemudian tumbuh dalam jiwa kita, maka akan keluarlah
dari benih-benih tauhid itu pohon yang rindang yang dapat digunakan untuk
berlindung diwaktu panas dan hujan, serta buahnya juga sedap dimakan.
Diantara buah yang lezat itu adalah:
a) Kesungguhan orang yang tetap dijalan Allah
b) Kegemaran yang menghasilkan manfaat untuk umum
c) Akan selalu membelanjakan hartanya dijalan Allah
3. Objek Kajia Ilmu Tauhid
a) Sifat-sifat
Allah
• Sifat-sifat wajib dan sifat-sifat mustahil Allah SWT
No Sifat Wajib
Allah Sifat Mustahil Allah
1. Wujud: Ada Mustahil Allah tidak ada
2. Qidam: sedia Mustahil Allah didahului oleh adam
3. Baqa: kekal Mustahil Allah dikatakan (fana) binasa
4. Mukhalafatul lilhawadisi: tidak sama dengan mahluk
ciptaanNya Mustahil Allah sama dengan mahluk yang baharu.
5. Qiyamuhu binafsih: berdiri dengan diri-Nya sendiri
Mustahil Allah tidak berdiri dengan diri-Nya sendiri.
6. Wahdaniyat: Esa Mustahil Allah mempunyai dzat, sifat
dan perangai yang berbilang-bilang.
7. Qodrat: kuasa Mustahil Allah lemah dan tidak berkuasa.
8. Iradat: menentukan Mustahil Allah terpaksa dan
dipaksa.
9. Ilmu: mengetahui Mustahil Allah tidak mengetahui.
10. Hayat: hidup Mustahil Allah tiada atau mati.
11. Sama’: mendengar Mustahil Allah tuli.
12. Basar: melihat Mustahil Allah buta
13. Kalam: berkata-kata Mustahil Allah bisu
14. Qoodirun: maha kuasa Mustahil Allah lemah\
15. Mudirun: menentukan Mustahil Allah terpaksa atau
dipaksa
16. Alimun: maha mengetahui Mustahil Allah jahil
• Sifat jaiz Allah
Dari keterangan diatas Allah itu bebas melakukan hal
yang mungkin tidak mungkin .
b) Sifat-sifat Rasul
• Sifat-sifat wajib rasul
1) Siddiq:
benar didalam tutur kata dan tingkah laku
2) Amanah:
dapat dipercaya
3) Tabligh:
menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah
4) Fatonah:
kecerdikan, kepintaran dan kebijaksanaan
• Sifat-sifat mustahil rasul
1) Kazib: dosa
2) Khianat : curang
3) Khitman: menyembunyikan
4) Kafih: bodoh
4. Materi Ilmu Tauhid
Adalah dapat
dipastikan bahwa esensi peradaban islam adalah islam itu sendiri dan esensi
islam adalah tauhid. Dua premis dasar ini berswa-bukti, tidak bisa diragukan
oleh orang-orang yang termasuk dalam peradaban islam atau yang termasuk
didalamnya bahwa kebudataan islam dan peradaban islam mempunyai suatu esesnsi
pengetahuan yaitu tauhid.
a) Ta’rif Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang
dikerjakan Allah swt baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan
serta bahwasanya dia adalah raja, penguasa dan yang mengatur segala sesuatu.
Firman Allah swt
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ
أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: ”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
Padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 21-22)
Orang musyrikin juga mengakui tentang sifat rububiyyah
Allah. mereka mengakui bahwasanya hanya allah semata pencipta segala sesuatu,
pemberi rezeki, yang memiliki langit dan bumi, dan yang mengatur alam semesta,
namun mereka juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai
penolong, yang mereka bertawasul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan
mereka pemberi syafa’at. Firman Allah swt
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ
فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ
جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ
اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ
Artinya: ”dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman
kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah,
ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. dan sungguh jika datang
pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya Kami
adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada
semua manusia?” (QS.Al-Ankabut :10)
Sebagian ulama salaf berkata: “jika kalian tanya pada mereka: siapa yang
menciptakan langit dan bumi ?’ mereka pasti menjawab: ‘allah.’ walaupun
demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain-Nya.”
b)
Tauhid
uluhiyyah
Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, karena itulah maknanya adalah ma'bud
(yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali allah, tidak ada
yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung
kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untuk-Nya,
dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untuk-Nya dan karena-Nya
semata. Firman Allah swt (QS. Ali-Imron: 18)
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya: ”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Berkata
syaikh al-‘allamah ‘abdurrahman bin nashir as-sa’di rahimahullah (wafat th.
1376 h): “bahwasanya Allah itu tunggal dzat-nya, nama-nama, sifat-sifat dan
perbuatan-Nya. tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam dzat-Nya, nama-nama,
sifat-sifat-Nya. tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding,
tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. tidak ada yang mencipta
dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. apabila demikian, maka Dia
adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. tidak boleh dia disekutukan
dengan seorang pun dari makhluk-Nya”.
c) Tauhid Mulkiyyah / Hakimiyyah
Tauhid Mulkiyyah yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita
mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaannya terhadap
alam ini. Dialah pemimpin, pembuat hukum dan pemerintah kepada alam ini. hanya
landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita.
hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya
perintah dari allah saja menjadi junjungan kita. Firman Allah swt (QS.
Ali-Imron: 26)
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ
مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Tauhid Mulkiyah menuntut adanya ke-wala-an secara totalitas kepada allah, rasul
dan amirul mukmin (selama tidak bermaksiat kepada Allah swt).
d) Integrasi Ketiganya
Melihat pada ta’rif yang ada, siapa yang mengakui tauhid rububiyah untuk Allah,
dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali
Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah
dengan segala macamnya kecuali Allah swt, dan itulah tauhid uluhiyah. Maka
dengan sendirinya seseorang yang mengakui dan mengamalkan tauhid rububiyyah dan
uluhiyyah, telah menjalankan pula tauhid mulkiyyah, sebab tauhid mulkiyyah
esensinya sudah terkandung didalam tauhid rububiyyah, uluhiyyah maupun tauhid
asma wa shifah. Namun di saat syirik merajalela di kalangan ummat dalam bentuk
memutuskan hukum tidak sesuai dengan apa yang allah turunkan, tetapi memutuskan
hukum menggunakan undang-undang kufur dan uu thaghut. kondisi ini
mengisyaratkan agar istilah tauhid mulkiyyah/hakimiyyah ini disebutkan tersendiri
agar orang-orang melihat urgensi tauhid ini. tanpa adanya tauhid ini maka
sesunggunya mereka belum memenuhi tuntutan tauhid uluhiyah sebagaimana
mestinya.
IV. KESIMPULAN
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT, baik sifat-sifat yang
wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat yang
sama sekali harus ditiadakan dari pada-Nya, serta tentang rasul-rasul-Nya untuk
menentukan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada dalam diri mereka, hal-hal
yang boleh dikaitkan (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal yang terlarang
untuk mengaitkannya kepada mereka.
Adapun pokok pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan keesaan
(wahdah) Allah SWT dalam dzat-Nya. Dalam menerima peribadatan dari mahluk-Nya,
dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan. Kemudian
mengenai materi yang terkandung dalam tauhid ada tiga macam, yaitu tauhid
rububiyyah, uluhiyyah, dan mulkiyyah dimana ketiganya saling terkait antara
satu sama lain.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah tentang Ilmu Tauhid (Materi dan Obyek Kajiannya) yang kami
buat. Semoga sedikit uraian kami ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis sangat menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif dan sistematis
dari pembaca yang budiman, guna melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan
makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanifah Ahmad, MA, Theologi Islam (Ilmu Kalam), 1990, Jakarta: PT. Bulan
Bintang
Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, 1963, Jakarta: Bulan Bintang
Syukur Amin, MA, Pengantar Studi Islam, 2000, Semarang: CV. Bima Sejati
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, 1996, Jakarta: Rineka Cipta.
Isma’il Raji Al-Faruqi. ”Tauhid”. 1995. Bandung: Pustaka.
Wihadi Admojo, dkk. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka; 1990.
Muhammad Hasby Ash Ashiddieqy. “Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam”. PT.
Pustaka Rizki Putra. Semarang. 1999.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/tauhid-uluhiyah-rububiyah-dan-mulkiyah-serta-integrasi-ketiganya